Tuesday, October 26, 2010
Thursday, October 21, 2010
Sepak bola, Imajinasi, dan Mode
Rabu dini hari kemarin saya terbangun di tengah malam buta. Alarm handphone saya yang berada di bawah bantal tiba-tiba bergetar keras dan mengeluarkan bunyi yang malas saya dengar. Saya memang mengeset alarm saya agar berbunyi pada pukul 01.45, tetapi tetap saja, sensasi kekagetan karena dibangunkan jam alarm tetaplah tidak menyenangkan.
Subuh itu saya sudah bersemangat. Saya ingin menyaksikan sebuah pertandingan akbar. Pertandingan sepak bola yang mempertemukan dua klub besar Eropa, Real Madrid dan AC Milan. Saya adalah penggemar berat Real. Sudah delapan tahun berjalan sejak saya pertama kali kenal bola dan akhirnya jatuh cinta pada klub ini. Hari ini saya yakin mereka pasti menang. Entah kenapa. Biasanya saya selalu ragu dengan konsistensi permainan mereka. Tapi kali ini, saya punya feeling bagus tentang mereka.
Ternyata benar saja. Pertandingan baru berjalan 13 menit, gelandang termahal di dunia milik Real, Cristiano Ronaldo, sudah berhasil membobol gawang Milan. Saya pun bersorak sampai-sampai membangunkan ayah saya yang sedang tertidur lelap. Hahaha. Senangnya mengganggu ketenangan orang lain di tengah malam. Tak sampai semenit kemudian, gol untuk Real kembali tercipta. Kali ini dari Mesut Ozil, pemain muda berbakat yang bersinar di Piala Dunia 2010 yang lalu.
Wah, pertandingan kali ini membuat saya bungah, senang, dan tidak perlu khawatir sepanjang pertandingan berlangsung. Karena sangat tenang menyaksikan pertandingan, saya akhirnya masuk ke dalam zona khayalan saya yang nyaman. Saya tidak lagi berkonsentrasi melihat perebutan bola dari kaki ke kaki antarpemain. Saya malah asyik memperhatikan beberapa hal yang begitu menarik perhatian saya.
Hal pertama yang (saya sadari) menarik perhatian saya adalah pelatih Real Madrid, Jose Mourinho. Hari itu dia terlihat sangat tampan. Penampilannya begitu rapi. High fashion, begitulah kira-kira. Ia memakai setelan jas dan celana bahan dengan warna abu-abu. Di dalamnya ia menggunakan kemeja biru dan dasi. Tak lupa ia menambahkan aksen syal hitam abu-abu di lehernya. Wah, wah, modis sekali Mou hari ini, pikir saya. Apa mungkin pelatih sekeras dan secuek Mourinho juga sampai menyewa penata gaya untuk terlihat lebih rapi dan berwibawa? Hahaha. Mungkin tidak sebegitunya.
Jose Mourinho dengan setelannya yang modis
Hmm, tapi dari situlah saya menyadari sesuatu. Sepak bola Eropa memang tak pernah lepas dari dunia mode. Banyak pemain dan pelatih yang begitu sadar fashion. Di lapangan, mereka tak hanya datang untuk bermain. Mereka juga memerhatikan estetika diri agar enak terlihat oleh ribuan mata pendukung fanatik yang memadati stadion. Lihat saja bagaimana David Beckham mencoba berbagai gaya rambut yang unik selama bertahun-tahun ia menekuni karir sepak bolanya. Gaya rambut Beckham bahkan sempat diikuti ribuan orang yang memang tertarik meniru gayanya.
Akhirnya, sepak bola bukan lagi hanya industri produk-produk olah raga semata. Olah raga ini sudah menjadi lahan baru bagi para desainer mode untuk melebarkan sayapnya. Setidaknya, cara yang paling gampang adalah dengan hanya memajang papan namanya di pinggir lapangan, seperti yang dilakukan Dolce & Gabbana. Mereka menjadi sponsor resmi klub AC Milan sehingga di setiap pertandingan yang berlangsung di San Siro, kandang Milan, ribuan fans dapat melihat nama brand mereka. Strategi marketing yang luar biasa.
Hal kedua yang juga menarik perhatian saya adalah perlengkapan yang dipakai para pemain. Jika hanya sekedar melihat seragam para pemain, tentulah kita akan bosan. Bagaimana tidak? Setiap pemain menggunakan pakaian dengan model yang sama. Warnanya sama pula. Tetapi, ada beberapa benda yang mereka gunakan yang berhasil membuat beberpa pemain terlihat menonjol. Salah satunya adalah sepatu.
Sepatu adalah perlengkapan yang sangat penting bagi pemain sepak bola. Meski letaknya di bawah tetapi sepatu memegang peranan penting dalam baik buruknya seorang pemain mengolah bola di lapangan. Karena itulah, pemain bola profesional tak pernah main-main dalam hal memilih sepatu. Banyak juga yang tak segan bekerja sama dengan brand terkenal untuk mendesain sendiri sepatu bolanya. Hari itu saya terkesima dengan sepatu tiga pemain Real Madrid. Cristiano Ronaldo, Mesut Ozil, dan Sami Khedira. Kaki mereka terlihat sangat atraktif di tengah lapangan yang luas itu. Selain karena mereka mencetak gol dan bermain baik disepanjang pertandingan, mereka pun kompak menggunakan sepatu dengan warna yang mencolok.
Ronaldo dan Ozil sama-sama menggunakan sepatu bola berwarna merah menyala, sedangkan Khedira memilih warna biru.
Cristiano Ronaldo (kiri), Mesut Ozil
Sami Khedira
Ketiganya ternyata tahu juga warna-warna neon sempat menjadi tren di tahun ini.
Selain tiga pemain itu, satu pemain lagi yang juga menggandrungi tren warna-warna neon yang terang dan mencolok. Dia adalah kiper Real, Iker Casillas. Kali ini bukan hanya sepatunya yang menonjol, tetapi juga sarung tangannya. Hari itu ia menggunakan sarung tangan dan sepatu yang sangat terang juga serasi. Warnanya hijau muda. Sangat cocok dengan baju dan celananya yang berwarna hijau toska.
Iker Casillas
Lucu sekali kalau mengingat-ingat pertandingan itu. Bagaimana saya justru malah memerhatikan gaya berpakaian para pemain dan pelatih di klub favorit saya. Namun, itulah mode. Mode tak hanya harus melulu ada di pagelaran busana, pekan mode, atau berada di atas tubuh para model dan selebritis Hollywood. Mode juga bisa menjadi bagian dari sebuah pentas olah raga. Setidaknya di sepak bola Eropa.
Beberapa kota di Eropa memang menjadi kiblat bagi dunia mode. Lihat saja Milan, London, dan Paris yang selalu sukses menyelenggarakan pekan mode dan melahirkan banyak desainer berbakat dunia. Mereka juga memiliki masyarakat yang begitu menghargai mode sehingga mereka bisa menggunakan apa saja yang mereka mau tanpa harus khawatir disangka aneh atau dilihat orang di jalanan. Itulah mengapa gaya jalanan anak-anak di London dan kota-kota lainnya sering menjadi panutan mode dunia.
Selain itu, kita juga mesti berkaca dan belajar pada kesuksesan dunia mode di Eropa. Para pekerja yang terlibat di dalamnya selalu berpikiran terbuka. Mereka tak hanya menutup pasarnya buat selebritis atau sosialita semata tetapi juga mencoba peruntungan di dunia olah raga. Haaaaah, seandainya dunia sepak bola di Indonesia juga seperti itu. Saya ingin sekali para pemain dan pelatih tim nasional Indonesia memerhatikan keindahan dan estetika di lapangan. Tidak hanya datang untuk bermain, mereka juga harus memerhatikan pakaian apa yang mereka gunakan. Jangan hanya sekedar menggunakan jersey yang sudah disediakan oleh sponsor.
Apalagi, sebentar lagi akan dihelat event besar bagi dunia fashion Indonesia. Ya, sebentar lagi akan diadakan Jakarta Fashion Week 2010/2011. Tepatnya pada tanggal 6-12 November 2010 mendatang. Dengan mengusung tema Menuju Jakarta, Kota Mode Dunia, kita tentunya berharap, Jakarta Fashion Week 2010/2011 tidak hanya sekedar menjadi ajang parade baju-baju desainer berbakat Indonesia. Jakarta Fashion Week 2010/2011 haruslah menjadi sebuah pagelaran yang mampu membuka mata banyak orang di Indonesia, terutama orang-orang yang memang awam terhadap dunia mode.
Jika Jakarta ingin menjadi kota mode dunia, masyarakatnya harus bisa menghargai mode. Jika Jakarta ingin seperti Paris atau London, para desainer tentu harus membuka pikirannya lebar-lebar. Jangan hanya terpaku pada selebritis dan para sosialita. Cobalah lihat atlet-atlet kita. Mereka bisa jadi lahan untuk berkreasi. Apalagi, atlet dan olah raga memiliki jangkauan pasar yang lebih luas dan tidak segmented. Mereka tentu bisa menarik lebih banyak masyarakat dibanding hanya berkutat dengan lingkungan mode yang itu-itu saja. Dengan membuka wawasan seluas-luasnya, masyarakat Indonesia, terutama Jakarta akan lebih fashion literate atau sadar akan pentingnya mode. Dan jika itu bisa terjadi, bukannya tidak mungkin, Jakarta akan menjadi salah satu pusat mode dunia.